Last week, I've got a lot of messages and so many missed call.
Unfortunately, last Thursday I left my phone at home.
I dont know how exactly to describe what I felt when I finally red those messages.
Oh God, it happened!
The most thing that I don't want to expect.
Message from home, told that my father has passed away.
Shocked. Confused. Have no clue to do anything.
Cry me a river.
On the plane, just couldnt stop the teardrops.
Pray. Asking Jesus not to take my father back to Him.
Landed safely, chased the time.
Thank Jesus, there was left time for me.
To hear his breathing. To feel the warmth of his body. To kiss his brow and cheek, softly.
Telling him that I really love him, used time efectively and requested his mercy for me.
Thank him for being my very best father.
He struggled for 4 hours, against the death.
I whispered him, "Just follow Jesus, Dad. Follow Him wherever He may go, whether back to us or back to Him".
I've ready to let him go, being home.
He had gone at 8.08 pm, or 8.20 pm in medically time.
A father's struggle against his pain dedicated to his beloved wife and daughters.
Proving his love for us was the best proof he gave for us.
Thank you Daddy, for almost 25 years you have accompanied me.
For being my beloved guardian angel ever, in this mortal world.
See you soon in our immortal life :)
Thank you.
Love...your youngest daugther.
mind thoughts i just can't tell inperson
a week fatherless
Rabu, 19 Oktober 2011
Diposting oleh theresia fafa di 23.34 0 komentar
Label: my heart said
dad.. i miss you
Senin, 17 Oktober 2011
I dont know how I feel exactly now.
Less than a week ago He still alive.
I dont know why God took Him too soon from us.
Last week, I could kiss his hand and brow, softly and warm.
But now? He has already passed away.
So many words that left unsaid.
So many kisses that missed to cheer His day.
Daddy, I know you have already forgive me.
For my sin, my unpresence, my stupidity, my humanity.
I'm so sorry.
I believe, you have stayed in Heaven, your origin, your destiny, Jesus' Home.
There is no pain, no tears, no fear, no lamentation.
Just joyful and peace, where Jesus becomes a King of King.
Rest In Peace Daddy..someday I will follow you.
Please, prepare some space for me in there.
And we will be together, again.
I miss you, and really LOVE you.
See you......
Diposting oleh theresia fafa di 21.34 0 komentar
Label: my heart said
i wanna run to you
Selasa, 11 Oktober 2011
Dulu, pulang ke rumah hanya sebuah rutinitas.
Dari kecil hingga kuliah saya jalani di Semarang, di rumah saya.
Ketika suatu waktu saya memutuskan untuk bekerja di Jakarta,
saya baru tahu betapa berharganya "pulang ke rumah" itu.
Saya meninggalkan rumah hampir 2 tahun yang lalu, pulang ke Semarang hanya beberapa bulan sekali.
Saya masih ingat saya mencium tanganya Februari yang lalu, beliau masih tampak sehat.
Walapun saat itu saya tahu beliau sudah kesulitan berjalan, bahkan sering jatuh.
Sudah lama beliau juga pikun, suka menanyakan hal yang pernah dia tanyakan, berulangkali.
Bapak.
Dua bulan kemudian saya pulang kembali, tapi semua sudah tak sama lagi.
Bapak sudah tergolek di tempat tidur tak berdaya.
Beliau sudah tidak bisa berjalan, bahkan duduk, bicaranya juga sudah mulai mengigau.
Sempat beliau tidak mengenali saya.
Ya beliau ga mengenali saya..
"Kamu siapa?" kata Bapak saat saya menyapanya pagi itu.
Saya hanya bisa menangis, saya mungkin anak durhaka, pantas saja bapak melupakan saya.
Menyesal adalah hal yang sampai sekarang saya rasakan.
Ketika saya beranjak dewasa, saya dan bapak sudah tidak dekat.
Bapak saya pemarah sekali, terkadang kasar.
Saya pun mulai menjauh, terkadang hanya ada percakapan singkat.
Saya menyesal mengapa saat kemarin saya pulang saya tidak membantunya berjalan.
Padahal saya tahu Bapak ingin sekali berjalan.
Mengapa kemarin saya tidak berbincang lama dengan Bapak, ketika beliau masih mengerti yang saya ucapkan.
Padahal seharusnya saya bisa memaklumi, semua tindakan Bapak dilakukan karena beliau sedang sakit.
Sakit 20 tahun yang lalu, dan sampai sekarang masih hidup, itulah Mukjizat.
Tapi mengapa saya baru menyadarinya sekarang, ketika semuanya sudah terlambat.
Maafkan saya Bapak.
Bapak semakin lama semakin kehilangan kemampuan motorik dan mengingatnya.
Bulan April itu, Beliau ternyata masih mengingat saya.
Bulan Mei dan Juni saya masih sering mengunjungi Beliau.
Beliau masih bisa diajak berbicara, walaupun ingatannya hanya terpaku pada masa lalunya ketika masih muda.
Tapi Puji Tuhan, beliau masi ingat siapa anak-anaknya, masih mengingat beliau Katholik.
Masih mengingat doa Salam Maria dan Bapa Kami. Saat itu.
Semakin kemari, Bapak sudah tidak bisa seperti itu lagi.
Beliau hanya mengingau setiap waktu, berbicara sendiri. Susah tidur. Terkadang tidur sebentar, lalu terbangun dan mengigau lagi.
Katanya, beliau takut bila tidur.
Rumah.
Saat ini itulah tempat yang paling saya rindukan di dunia ini.
Saya usahakan setiap 2 minggu sekali saya pulang.
Jakarta - Semarang, jarak yang cukup jauh dan melelahkan. butuh biaya yang juga tidak sedikit.
Tapi demi Bapak tidak melupakan saya lagi,
demi bertemu Bapak, dan tentu saja bertemu Ibu yang setia merawat bapak, saya akan selalu kembali ke rumah.
Ke tempat di mana saya mendapatkan cinta kasih yang tulus, satu-satunya tempat dimana saya merasa disayangi.
Asalkan bisa melihat senyum Bapak, saya akan selalu.....pulang.
Percakan Senja :Nia (Panggilan saya di rumah) : Bapak, iki sopo jal? (Bapak, ini siapa hayo?)Bapak : Nia...Nia : Nia iku anake sopo? (Nia itu anaknya siapa Pak?)Bapak : Anake Pak Sugeng (Anaknya Pak Sugeng)
Puji Tuhan :)
Diposting oleh theresia fafa di 20.05 0 komentar
Label: my heart said